Rabu, 05 Januari 2011

KEARIFAN SANG PEMIMPIN

Tulisan ini lahir, setelah 19 hari 8 jam 25 menit atau sebanding dengan 27.540 detik tidak muncul tulisan untuk mengisi blog ini. Alasan kesempatan dan waktu selalu menjadi halangan, meskipun sesungguhnya itu tidak menjadi satu-satunya alasan untuk pembenaran. Sebagai akademisi yang memiliki exspertasi tinggi dengan mobilitas yang memadai, alasan kesibukan tidaklah menjadi ukuran untuk menyatakan bahwa alasan tidak dapat...melakukan sesuatu, apalagi menjadi justifikasi sehingga memperoleh kelonggaran dari para pihak.

Seorang pemimpin hendaknya tidak harus mengeluh karena alasan waktu, kesibukan dengan alasan memenuhi undangan, mengikuti rapat. Menyelesaikan tugas tambahan dari... atau bahkan mencari order luar untuk kepentingan sertifikasi, akan tetap dilakoni sebagai tugas rutin secara fungsional.

Semua orang adalah pemimpin, paling tidak untuk dirinya sendiri, bagi yang mendapat kepercayaan di beri tugas tambahan untuk memimpin suatu lembaga/badan/instansi dipemerintahan atau swasta. Kesempatan itu... anggap saja sebagai tes case untuk menguji kesiapan untuk membantu dan membina bawahan bukan justru dijadikan “kelinci percobaan”, meskipun seorang pemimpin sering menggunkan jabatannya sebagai jastifikasi untuk menentukan kebijakan yang kadang-kadang berorientasi pada kenyamanan pribadi. Staff yang menjadi bawahan hendaknya di jadikan sebagai mitra untuk mempercepat tercapainya tujuan. Memilki staff yang yang siap tempur disegala medan dan waktu menjadi harapan semua pimpinan.

Stayle (gaya) kepemimpinan seseorang akan sangat berbeda dengan yang lainnya. Semua gaya menjadi seni dalam mengelola suatu unit untuk mempercepat proses pelayanan publik, dengan mengutamakan kesejahteraan tenaga pelaksana. Lahirnya seorang pemimpin dapat terjadi karena orbiter atau pengkaderan hal ini sering terjadi pada organisas massa, profesi, lembaga politik, perusahaan dan paguyuban. Namun tidak jarang pemimpin lahir akibat dari stagnasi yang disebabkan oleh kondisi atau kekosongan yang disebabkan oleh perebutan dan pertimbangan wilayah atau asal usul. Pemimpin ini lahir karena efek dan eforia dari ruang dan peluang yang tersedia dan tidak dapat diisi oleh orang lain, karena pertimbangan kebijakaan yang tidak strategis.

Lahirnya seorang pemimpin yang berkearifan memang tidak mudah.. apa lagi yang berkharisma itu jauh lebih sulit dibandingkan pemimpin yang lahie karena proses seperti di atas. Pemimpin yang memperoleh pengakuan dari masyarakat akan bertahan selama waktu berjalan hingga ajal menjemput. Jadi pemimpin tidak cukup dengan bermodalkan kompetensi akademik, wawasan yang luas, berpengetahuan umum, tetapi harus memiliki jiwa yang telaten, jujur, cermat yang didasarkan pada moralitas sebagai benteng jalanya roda kepemimpinan. Pemimpin lembaga struktural lebih mengutamakan pengalaman dan masa kerja, berbeda dengan pemimpin yayasan, organisasi massa atau partai politik lebih dikarenakan alasan time-ing yang tepat atau ada pertimbangan lain yang tidak mejadi syarat mutlak. Biasanya persyaratan ini menjadi perdebatan untuk kepentingan politis.

Budayawan Indonesia Sudjiwo Tejo seperti dilansir Republika.co.id merasa khawatir akan tradisi pendidikan kita yang belum mampu melahirkan pemimpin bangsa yang berkualitas “pendidikan di Indonesia saat ini telah gagal melahirkan pemimpim-pemimpin bangsa yang memiliki hati nurani”. Tri darma perguruan tinggi yang berupa Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat, tidak sesuai dengan kondisi perkembangan jaman. Seharusnya pendidikan diberikan setelah melalui proses pencermatan kondisi riil di masyarakat dengan pengabdian. Kearifan lokal yang didapatkan dengan pengabdian ditelaah kemudian hasilnya diberikan untuk pendidikan, hasil akhirnya adalah manusia yang berkarakter dan berhati nurani. Memilih pemimpin haruslah yang berhati nurani jangan hanya mengandalkan kecerdasan, tidak cukup dengan bermodalkan gelar doctor, tetapi memiliki basis dan mampu membawa hati nurani dalam setiap kebijakan dan keputusan yang diambil.

Secara ilmiah sudah cukup banyak literatur yang mengkaji secara serius tentang tipe-tipe pemimpin dengan perspektif yang beragan. Namun itu belumlah memadai karena kepemimpinan memiliki kecendrungan mengikuti arus perkembangan masyarakat yang dipimpin dan kekuatan eksternal lainnya yang kadang-kadang dapat memaksa seorang pemimpin untuk mengukuti irama yang dimainkan para pihak yang notabonenya sebagai decition maker sebagai stakeholder pengambil kebijakan.

Moejiono (2002). Memberi definisi kepemimpinan merupakan serangkaian kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Sama halnya yang dikemukakan Young dalam Kartono (2003) Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Penting bagi seorang pemimpin adalah pengakuan bahwa dirinya mendapat legalitas dari penentu kebijakan, sehingga semua kebijkan yang sudah dan akan dikeluargan mendapat perhatian dari bawahanya, dan memperkecil perdebatan dan potensi penistaan dari bawahan. Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Disadari bahwa, munculnya rasa saling memahami, saling mengerti akan memudahkan membangun interaksi, hal ini penting untuk membangun sikap respek, saling menghormati sesama pimpinan. Pemimpin harus mampu menghilangkan rasa sensitif, yang menimbulkan ketersinggungan antar mereka. Saling terbuka dengan mengedepankan pertimbangan positif adan melahirkan sikap trust dan saling percaya.

Pemimpin yang arif dan bijaksana akan membawa pengaruh positif dalam mengeluarkan peraturan, kebijakan, penentuan personalia dan penempatan sumber daya manusia yang profesional. Kelemahan dan kelebihan menjadi dinamika dalam upaya pengembangan karier dan pengembangan pelayanan publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar