Kamis, 09 Desember 2010

ETOS KERJA DAN TRADISI KERJA TIM

Ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh orang-orang terpilih yang menduduki posisi tertentu dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan kompetensinya. Keberhasilan tim merupakan akumulasi dari proses dan kinerja setiap karyawan. Katakanlah, semacam tugas dan hasil kolektif dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin tinggi kekuatan sinergitas diantara karyawan dan manajer semakin tinggi kekuatan sebuah tim. Tingkat kesalahan dalam pekerjaan pun dapat ditekan sekecil mungkin.
Pada umumnya tim kerja dibentuk sebagai suatu kebutuhan organisasi agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan tim kerja diharapkan fungsi kontrol akan berjalan lebih efektif dan efisien. Konflik-konflik atau deviasi kerja bisa ditekan seminim mungkin dengan kepemimpinan yang kuat dari seorang manajer.
Prof. Dr. Ir. H. Sjafri Mangkuprawira adalah Guru Besar di Institut Pertanian Bogor. menuliskan ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh orang-orang terpilih yang menduduki posisi tertentu dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan kompetensinya. Beberapa ciri yang mencerminkan terdapatnya ketangguhan sebuah tim kerja meliputi; pertama memiliki Kesamaan visi dan misi kerja. Para karyawan dan manajer memiliki sudut pandang yang relatif sama dalam mengerjakan tugas perusahaan. Orientasi dan fokusnya pada proses dan hasil, walau debat diantara karyawan tidak bisa dihindarkan namun selalu diarahkan pada bagaimana target hasil bisa dicapai.
Kedua Prioritas perhatian dan tindakan pada sesuatu yang terbaik buat organisasi. Tim memandang baik buruknya kinerja perusahaan merupakan akumulasi dari kinerja tim. Sementara kalau perusahaan memiliki kinerja (profitability) yang baik maka akan berpengaruh terhadap kompensasi yang diberikan kepada karyawan. Semakin besar kompensasi semakin puas karyawan dalam bekerja. Ketiga Karyawan berkomitmen tinggi pada pekerjaan. Pada umumnya tim yang kuat dicerminkan pula oleh kekuatan kepentingan para karyawannya. Tanggung jawab dan hak dibuat sedemikian rupa secara seimbang. Mereka tidak saja bekerja untuk kepentingan untuk memeroleh taraf kehidupan keluarga yang semakin baik tetapi juga buat kesehatan organisasi. Keempat Karyawan dapat hidup berdampingan dalam keragaman. Tiap individu tim sadar akan adanya keragaman latar belakang budaya, gender, usia, pendidikan, pengalaman, dan kepribadian di antara mereka. Keragaman tidak dipandang sebagai hambatan. Tetapi justru sebagai kekuatan dalam saling memahami dan mengisi kekurangan, dan memerkuat kelebihan masing-masing individu sebagai kekuatan tim.
Kelima Tim yang kuat sebagai magnit talenta. Dalam bekerja, setiap anggota tidak lepas dari suasana kompetisi sesama mitra kerja. Idealnya setiap orang ingin siap untuk itu. Namun dalam kenyataannya ada saja yang tidak bisa dan tidak biasa bekerja keras. Istilahnya pekerja minimalis. Sementara organisasi menghendaki semua karyawannya mampu bekerja keras. Karena itu manajer mengkondisikan suasana bekerja yang intensif namun dalam suasana nyaman tanpa harus ada tekanan-tekanan psikologis.
Hal itu baru bisa berjalan dengan baik apabila suasana dan proses pembelajaran berjalan efektif sehingga setiap karyawan didorong untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya melalui pelatihan dan diskusi-diskusi membahas suatu ide.
Orang yang memiliki otak cerdas, berpikir kreatif, bereaksi lincah, belajar cepat, bekerja tuntas, mungkin inilah orang yang disebut multi talenta. Dalam perlombaan balap sepeda yang harus diperhatikan adalah kekuatan team, duration time, dan tingkat trial serta road dan race. Pada kasus ini peran pimpinan tidak terlalu berpengaruh, justru kesempatan dan kekompakan tim menjadi daya juang untuk menuju finish. Pemimpin tim berfungsi sebagai manajerial skill, hanya mengambil posisi di depan untuk menarik kawan-kawannya agar yang masih berada di belakangnya untuk segera meraih posisi terdepan, ia tidak harus mendayung sepada bersama-sama timnya.
Namun perlu diingat, ketika laju tim ini nampak mulai melemah, maka salah seorang dari kawan-kawan di belakang berpeluang untuk mengambil alih kepemimpinan dan langsung menarik kawannya dengan kecepatan yang lebih besar lagi. Kemungkinan ini dapat terjadi dimanapun dan kapanpun, tidak harus menuggu habisnya masa kepemimpinan baik periodeisasi atau eselonisasi. Kesempatan menjadi manajerial skill selalu terbuka lebar, maka bersiaplah, tenaga tecnicall skill untuk memangku tugas sebagai manajerial skill.
Kondisi dan iklim kerja pada sebuah instansi akan selalu berbeda dengan kondisi kerja di tempat lain, atmosfir kerja sangat dipengaruhi oleh kecenderungan seorang pemimpin dalam mengelola potensi tim kerja dan kemampuan melihat peluang untuk mengejar target. Potensi yang dimiliki oleh person akan sebanding dengan kelemahan yang membatasinya, hal yang sama juga akan ditemui pada seorang pemimpin disemua tingkatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan mengelola sumber daya manusia jauh lebih rumit dibandingkan dengan mengelola sumber daya alam berupa barang atau alat. Maka oleh sebab itu mengelola orang harus memiliki stayle dan gaya kepimpinan yang memadai termasuk memguasai tugas beban tugas secara datail dan rigit.
Pemimpin yang dipilih secara periodik akan mengalami permasalahan pada tingkat penguasaan pekerjaan yang akan diembannya. Hal itu juga yang mengakibatkan perubahan atmosfer pada tatanan kerja termasuk pengisian personalia yang sesuai dengan kompetensi dan propesionalitasnya. Pimpinan yang muncul secara instan di sebuah instansi pemerintah atau swasta akan membawa pengaruh terhadap tim kerja sebelumnya terutama unit yang berfungsi sebagai pelayanan publik.
Pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD dan DPRK yang dipilih langsung oleh rakyat, sedangkan unsur pimpinan dipilih dari anggota, oleh anggota untuk memimpon anggota juga. Pemilihan anggota dan pimpinan Lembaga Negara, seperti KPK, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, KPU, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Pemilihan pimpinan Perguruan Tinggi seperti rektor, ketua, direktur, mulai berbenturan dengan kepentingan politik meskipun pemilihannya dilakukan oleh guru besar dan anggota senat. Pemilihan pimpinan perguruan tinggi mulai sedikit memanas bila dibandingkan dekade tahun 2000-an.
Pemimpin yang berasal dari proses eselonisasi (karier) akan lebih stabil dan profesional seperti kepala dinas, badan, jawatan dan instansi pemerintah lainnya akan cepat akselerasi kepemimpinannya. Sementara pemimpin yang lahir akibat keputusan politik (pemilihan), seperti presiden, gubernur, bupati/walikota/Kades, akan membutuhkan waktu untuk sosialisasi visi dan misi minimal kepada bawahannya.
Tim kerja yang tangguh adalah dambaan setiap manajemen puncak. Disadari tim kerja yang kuat tidak timbul tiba-tiba. Tetapi harus dibentuk dan dikembangkan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan operasional yang dapat dilaksanakan dan terukur. Dukungan operasional seperti sumberdaya fasilitas dan waktu serta upaya sistematis akan memercepat terbentuknya tim tangguh atau kuat. Sebagai tingkat awal membentuk tim yang kuat adalah penting tetapi tidaklah cukup untuk kelangsungan organisasi. Dengan kata lain setiap manajer harus mampu menciptakan pertumbuhan tim yang berkesinambungan melalui pelatihan, insentif kompensasi, dan membangun hubungan kerja antarkaryawan dan manajer dengan karyawan secara intensif. Wallahu’aklam bis sawaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar