Selasa, 30 Mei 2017

Bukit Menumbing, Soekarno dan Mobil Ford

di depan Pesanggrahan Menumbing

Tujuh sekawan, tersebutlah nama Soekarno, Mohd. Hatta, Pringgodigdo, Komodor Surya Darma, Assa'at, Ali Sastroamidjodjo dan Moch Roem. Sebagai pejuang kemerdekaan, semangat patriotisme yang pantang menyerah, itu menjadi ancaman bagi pemerintah Belanda. Itulah salah satu ketakutan sehingga sejak tanggal 22 Desember 1948 sampai dengan 7 Juli 1949.
Ketujuh sekawan ini diasingkan di Bukit Menumbing, Kota Muntok, Bangka sekarang masuk dalam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengasingan para pejuang RI di Munumbing dilakukan oleh Belanda dalam 3 gelombang, Soekeorno sendiri berada pada gelombang terakhir setelah beliau diasingkan di Siantar dekat Danau Toba, Sumatra Utara.
Menumbing, begitu nama komplek vila yang letaknya pada ketinggian 445 di atas permukaan laut (dpl), sekira 12,7 KM dari Kota Muntok. Suasana hutan perawan menjadi pemandangan sepanjang jalan menuju bukit Menumbing lebih kurang 2,7 KM atau sekira 7-10 menit perjalanan dengan kendaran roda empat dalam keadaan mendaki. Maka sangat tepat bukit tersebut, pada masa pemerintahan Belanda tepatnya 1927-1930, menjadi tempat peristirahatan para pegawai perusahaan timah Bank Tinwinning Bedriff.
Ruang Kerja Bung Karno
 Suasana Bukit Menumbing sangatlah asri, mendukung untuk dijadikan tempat istirahat, suasana sejuk dan dingin menjadi lebih terasa, apalagi dikelilingi oleh hutan rimba yang hijau dengan kayu besar dan tinggi. Suasana hutan perawan menjadi pemandangan sepanjang jalan lebih kurang 2 KM atau sekira 7-10 menit perjalanan dengan kendaran roda empat dalam keadaan mendaki dengan ketinggian 445 di atas permukaan laut (dpl).
Bukit Menumbing, oleh pemerintah Bangka Barat dijadikan wilayah cagar alam/cagar budaya dan hutan lindung. Tidak dibenarkan memotong kayu dan mengolah lahan jadi kebun. Untuk itu pemerintah setempat hanya membuka akses satu-stunya jalan menuju bukit menumbing harus melewati pos satpam yang dijaga 24 jam.
Untuk bisa naik ke atas, kita perlu melapor kepada pos pengamanan dengan memberikan restribusi Rp.7000, kita langsung dikonekkan (dihubungkan) dengan pos yang ada diatas bukit dan sekaligus memastikan bahwa tidak ada mobil yang sedang turun/dalam perjalanan pulang.
Hellypad, pernah  mendaratkan Megawati (anak Bung Karno)
 berada di lantai 4 dan terbuka. 
Koordinasi secara baik dan detail perlu dilakukan karena mobil tidak dapat saling berpapasan di jalan antara bukit menumbing, karena jalan sangat sempit dan licin serta hanya dapat dilewati oleh satu mobil saja. Malah sebelum tahun 2000,  pemerintah setempat tidak memperkenankan mobil naik keatas bukit, penumpang/pengunjung hanya dapat berjalan kaki selama 2 jam untuk mencapai bukit menumbing.
Kiki sebagai salah seorang pramusaji menyebutkan, “kami harus hati-hati dalam melepas mobil turun, karena jalan sempit, kalau terjadi papasan dua mobil maka akan sangat berbahaya, dan dulu sering terjadi kecelakaan” jelas Kiki yang sudah 4 tahun bekerja di persanggrahan menumbing.
Pesanggrahan Menumbing merupakan bangunan megah dan elite pada zamannya. Bangunan yang mulai didirikan tahun 1929 ini awalnya ditempati para pejabat Banka Tin Winning (BTW), perusahaan pertambangan timah Belanda.
Gedung ini kemudian menjadi bagian dari ikon sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, karena Belanda pernah menjadikannya sebagai tempat pengasingan bagi para pemimpin RI.
Ada sebuah kamar di Pesanggrahan Menumbing yang disebut sebagai tempat Soekarno dan Hatta pernah tinggal. Dari pintu kamar, terdapat ruang berukuran sekitar 4x5 meter. Di dinding tembok putih menghadap ke pintu kamar, terdapat meja dan kursi yang semakin usang termakan usia. Kamar Bung Karno cukup sederhana, terdiri dari 2 kasur serta lemari dan kamar mandi.
Mobil Soekarno 
Sejumlah foto-foto kenangan tertempel rapi di ruang kerja Bung Karno. Lukisan bergambar Soekarno menempel di dinding sebelah kiri ranjang. Lemari kayu tiga pintu dan sebuah meja kayu ditempatkan di bawahnya. Kamar bernuasa putih dan beralas karpet coklat tampak nyaman untuk tempat beristirahat. Perabotannya masih asli, begitu pula letak tiap furniturenya. Foto-foto para pemimpin RI terpampang besar-besar di ruang pertemuan. Di ujung ruangan ini, terdapat mobil Ford Deluxe 8 silinder dengan plat BN 10. Mobil sedan kuno ini (orisinil) menjadi salah satu benda kenang-kenangan jejak proklamator yang paling sering diabadikan kamera para pengunjung Pesanggrahan Menumbing. (dbs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar