Kamis, 31 Maret 2011

ACIS : PENGUATAN TRADISI KEILMUAN ISLAM DUNIA

Annual Conference on Islamic Studies disingkat ACIS merupakan kegiatan tahunan yang prakarsai oleh Kementerian Agama RI untuk mengkaji ilmu-ilmu Keislaman di nusantra. Untuk penguatan tardisi keilmuan Islam menghadirkan sejumlah profesesor dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Pelaksanaan ACIS juga dihadiri oleh perwakilan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Thailan, Brunei Darussalam dan Singapura.
Secara umum pelaksanaan ACIS bertujuan sebagai media reorientasi noktah pemikiran keislaman dalam berbagai dimensinya dengan menyediakan ruang dialog dan mimbar akademik yang bebas dan otonom bagi para pengkaji Islam. Memberi inspirasi dan penyegaran cakrawala akademik terhadap hasil penelitian, dengan menghidupkan kembali (revivalisme) studi-studi keislaman secara empatik dan berperspektif keindonesiaan dalam berbagai pendekatan dan disiplin keilmuan.
Memprioritaskan konsep “Keislam-indonesiaan” dalam menyelesaikan problematika kebangsaan, kebudayaan, dan kemanusiaan kontemporer. Implementasi dari hasil penelitian yang mengkaji sebagai pergumulan dan persentuhan antara Islam dengan gerakan Islam Transnasional, budaya lokal di Bangka Belitung. Selain itu akan memberikan sumbangan tentang pemikiraan, metodelogi, teori dan pendekatan terhadap penelitian Keislaman di Indonesia dan Asia Tenggara.
Penyelenggaraan ACIS XI di STAIN Bangka Belitung, tanggal 10-13 Oktober 2011 dengan menghadirkan menteri dan mantan menteri agama, pejabat dan mantan pejabat eselon pada Kementrian Agama, 6 Rektor UIN dan 14 Rektor IAIN serta 32 Ketua STAIN ditambah lagi dengan 100-an pimpinan Perguruan tinggi Islam swasta di Indonesia. Tidak hanya itu, juga hadir sejumlah gurubesar dari berbagai perguruan tinggi terkemuka luar negeri dan dalam negeri dalam kapasitasnya sebagai pembicara dan pembanding untuk 150-an judul hasil penelitian yang dipresentasikan pada kegiatan Konferensi Internasional Kajian Islam Nusantara.
Pelaksanaan ACIS di Bangka Belitung menjadi menarik karena akan dihadiri oleh Yusuf Qardhawi, cendikiawan Islam kontemporer asal Mesir akan menjadi nilai tambah bagi STAIN dan Bangka Belitung. pelaksanaan ACIS kali ini memiliki nuansa tersendiri dalam rangka percepatan alih STAIN menjadi IAIN pada tahun 2014. (Bangkapos,31/3)
Kepercayaan sebagai tuan rumah pelaksanaan ACIS X bagi STAIN menjadi nilai tambah sebagai upaya pengenalan tradisi Islam Bangka dan keaneka-ragaman etnik di Bangka Belitung. Masyarakat Kota Pangkalpinang khususnya dan Bangka Belitung pada umumnya akan berasimilasi dengan 1000-an ilmuan dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi, pada hari itu Kota Pangkalpinang menjadi pusat perhatian keilmuan Islam dunia. Peristiwa ini menjadi moment penting dan bersejarah bagi STAIN SAS dan masyarakat Bangka Belitung untuk melakukan upaya strategis dalam rangka kampanye kerukunan hidup antar umat beragama dan visit babel years 2010.
Pengalaman pelaksanaan ACIS ke-10 di Banjarmasin, 1-4 November 2010 mencatatkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai suatu acara yang dihadiri profesor terbanyak 102 profesor atau guru besar dari seluruh Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia ikut berpartisipasi dalam menyukseskan pelaksanaan ACIS di Banjarmasin. (Berita Sore Banjarmasin 02/11/2010).

Model kerukunan umat beragama
Kajian Keilmuan Islam akan menjadi istimewa dilaksanakan di Bangka Belitung, karena Masyarakat Bangka Belitung dikenal dengan tingkat kemajemukan etnis dan agama yang sangat tinggi di Indonesia. Umuat muslim dapat hidup berdampingan dengan keluarga non muslim, tidak hanya itu, bahkan ada satu keluarga di Sungailiat yang anggota keluarganya hidup dengan agama yang beragam. Keistimewan masyarakat Bangka mungkin tidak ditemua di daerah lain, dapat dibayangkan masyarakat yang berbeda kepercayaan dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai tanpa mengenal istilah mayoritas dan minoritas.
Bangka Belitung dikenal dengan hasil alam yang melimpah, sejak 200 tahun lalu pemerintahan Belanda sudah melakukan penambangan timah secara besar-besaran. Dan itulah menjadi mata pencaharian masyarakat Bangka disamping perkebunan, penambangan pasir, kelautan dan perkebunan. Kemakmuran masyarakat Bangka dapat ditunjukkan dengan kemajemukan masyarakatnya, hampir semua etnis dan suku dari berbagai daerah hidup dan berbaur dengan serasi di Bangka. Solidaritas antar masyarakat meskipun pemandangan unik yang tercerahkan di provinsi kepulauan ke 33 di Indonesia.
Kemakmuran menjadi salah satu ciri kehidupan masyarakat aman, aman dan saling menghargai masing-masing suku, saling menghormati antar penganut agama. Hal ini patut menjadi salah satu kajian penting tentang model kerukunan umat beragama bagi intelktual islam yang notabonenya akademisi.
Dapat dibayangkan sudah 200 tahun Bangka tidak mengenal konflik antar agama dan etnis, maka tak perlu heran bila ada mesjid yang dibangun bersebelahan dengan kelenteng seperti di Mentok Bangka Barat. Kekhasan itulah, sehingga pantas Bangka dapat dijadikan model kehidupan kerukunan antar umat beragama di dunia sehingga konflik etnik dan agama dapat diminimalkan.

Dukungan Keamanan

Pelaksanaan ACIS 2011 sebagai even besar “silaturrahmi intelektual Islam Asia Tenggara” perlu mendapat dukungan lembaga pemerintah daerah termasuk birokrat, praktisi, dan pihak keamanan. Keterlibatan pihak keamanan menjadi skala perioritas untuk memberi keaamanan dan kenyamanan bagi perserta apalgi yang itu para petinggi Kementerian Agama dan para pemimpin Perguruan Tinggi Agama se Indonesia ditambah guru besar maka hampir 50% kaum inteletual Islam pada saat itu berada di Bangka Belitung.
Keadaan itu akan membuat suasana kota Pangkalpinang menjadi kota intelektual, di empat penjuru kota sebagai pusat pelaksanaan kegiatan yang disi dengan seminar keilmuan yang dihadiri oleh intektual kampus yang memegang kuat pada tradisi ilmiah.
Oleh karena itu STAIN selaku panitia lokal perlu segera melakukan koordinasi, konsultasi dan koordinasi dengan semua elemen agar pelaksanaan konsorsium ilmiah keislaman dapat berjalan dengan baik dan terbebas dari isu-isu miring. Semua pihak perlu waspada agar kemungkinan terburuk dapat diantisipasi sejak dini, paling tidak upaya teror, baik dengan alat peledak seperti bom atau paket buku tidak terjadi di Bangka Belitung. Bila keadaan ini tidak dikelola dengan profesional dikhawatirkan seberapa banyak tokoh dan pakar Keslaman yang akan binasa. Na’uzubillIah. Namun dengan tingkat profesionalisme yang dimiliki oleh aparat keamanan, saya menaruh berkeyakinan bahwa kekhawatiran itu mungkin terlalu berlebihan dan paling tidak, ini menjadi pertimbangan untuk semua kita agar tetap waspada. Semoga pelaksanaan ACIS XI 2011 dapat terlaksana dengan baik sesuai amanat Kementerian Agama RI. Waallahu’aklam bis sawaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar