Kata perrencanaan sesungguhnya bukanlah
perkara asing dan sangat familiar dalam kehidupan kita, namun pernyataan itu
mudah diucap namun agak sulit untuk diterapkan apalagi bagi masyarakat awam. Secara
harfiah perencanaan merupakan seperangkat alat untuk pengambilan keputusan pada
program atau kegiatan untuk menghasikan sebuah formulasi untuk memudahkan
pelaksanaan kebijakan yang dirancang secara khusus untuk mencapai visi
organisasi.
Penentuan perencanaan sering
dipengaruhi oleh kebiasaan masa lalu yang dirancang pada masa sekarang untuk dipergunakan
pada masa yang akan datang agar pemanfaatan potensi dan sumberdaya dapat
dilakukan secara efektif dan efesien. Disadari atau tidak, bahwa setiap obsesi
dan ambisi perlu diperkuat dengan perencanaan yang matang, paling tidak, setiap
langkah dan estafet yang diambil perlu didukung oleh ketersediaan sumberdaya
yang cukup. Tidak hanya itu data dan fakta masa lalu perlu dijadikan
pertimbangan strategis dalam menetapkan setiap perencanaan. Pengambilan keputusan
yang disertai dengan perencanaan yang matang dinyakini akan menghasilkan output
yang optimal, hal ini sepadan dengan upaya dalam menentukan langkah-langkah
operasional dalam mengawal kebijakan yang sudah ditentukan/ditetapkan/diputuskan.
Dalam hal pengambilan keputusan sebuah
perencanaan stategik atau operasional, sering dipengaruhi oleh empat alasan. Pertama,
setiap perencanaan diawali dengan survey berupa trens atau kecendrungan sebuah
komunitas, rutinitas masa lalu perlu dijadikan pertimbangan, karena masa lalu
adalah sejarah yang disertai dengan data dan fakta yang akurat. Setiap data yang
digunakan dapat menggambarkan tingkat genaralitas dan berlaku universal. Data statistic
atau data peristiwa dapat dijadikan asumsi dasar dalam menyusun sebuah perencanaan.
Namun, bagi sebagian orang data dan fakta masa lalu sering terabaikan sehingga hasil
penyusuanan perencanaan berakibat miring dan pincang. Pengalaman masa lalu merupakan
kebiasaan-kebiasaan yang sering terjadi dimasa lalu dan dijadikan patokan awal
dalam menyusun langkah-langkah strategis pada sebuah perencanaan. Sebagai contoh
sederhana, kondisi macet di kota Jakarta, sering terjadi pada jam-jam berangkat
ke kantor sekira pukul 07.00-08.30, hal yang sama juga sering terjadi pada jam
pulang kantor sekira pukul 16.00-18.00 dan pada pukul 21.00 sebagai passing out
bagi pekerja swasta.
Kedua, prencanaan juga disusun atas kaedah
jika… maka.., hal ini berlandaskan pada teori logika yang menggunkan premis
mayor dan primir minor yang kemudian ditarik kongklusi sebagai kesimpulan. Jika….
sedang turun hujan… maka ada orang yang memakai panyung…, inilah yang disebut
dengan logika, setiap perumpamaan harus lagis dan mempunyai korelasi dan saling
mempengaruhi.
Ketiga, perancanaan yang disusun dengan
berlandaskan ekspet jasment adalah persetujuan para ahli/pakar, setiap
pernyataan para pakar lebih dapat diterima karena alasan keilmuan, meskipun
tidak semuanya benar, paling tidak secara kompetensi mereka berhak atas keahlianya
baik atas dasar profesi atau standar akademik. Kebenaran pernyataan para
ekspert dapat menjadi dasar dalam menyusun kerangka perencanaan, umumnya hal
ini cendrung terjadi dalam memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi seperti prediksi hasil pilkada oleh lembaga survey yang margin errornya
hanya 1-5%. Kebenaran ini sudah pernah terjadi pada masa lalu dan tingkat
kebenarannya dapat dan layak dipercaya. Hal ini sama halnya dengan pendapat
atau nasehat dari alim ulama tentang penetapan hukum islam yang belum diatur
secara sya’I dalam kitab-kita terdahulu. Misalnya daerah A akan terjadi banjir,
maka pernyataan ini akan menjadi pegangan bagi sebagian besar masyarakat,
sehingga perencanaan yang akan diambil dalam kasus ini perlu dipertimbangkan
penyataan para ekspert.
Keeempat adalah perencanaan juga
disusun atas rekomendasi para dukun. Para penyusun perencanaan juga boleh
meminta pendapat para ahli nujum atau paranormal untuk menentukan sebuah kebijakan
perencanaan. Saat ini meminta petuan atau petunjuk dukun masih terjadi terutama
untuk keberuntungan dalam perdangan, karier bahkan penentuan calon gunbernur
sekalipun, mungkin juga pemilihan presiden. Jadi, menggunakan jasa dukun dalam menyusun
perencanaan secara akademik belum dapat diakomodir, meskipun banyak pihak yang bersandar
pada apa yang disampaikan oleh para dukun. Memanfaatkan jasa dukun juga terjadi
dalam suksesi pimpinan pemerintah, hasil olah raga, dan lain-lain. Namun perlu
diingat bahwa jasa dukun belum dapat dijadikan alas an dalam menyusun
perencanaan, terutama perencanmaan stategis.
Secara umum perencanaan terbagi dalam
dua model, pertama, perencanaan strategis adalah perencanaan yang secara umum
untuk menjawab pertanyaan kenapa, atau perencanaan untuk mencapai visi dari
sebuah lembaga atau institusi. Perencanaan stategis hanya mencantumkan hal-hal
yang filosofis, universal biasanya terkait dengan etik, value/nilai yang bersifat
jangka panjang. Sedangkan perencanaan operasional lebih ditekankan pada perencanaan
bagian-bagian atau tahapan-tahapan dari perencanaan stategis yang disebut
dengan perencanaan kegiatan meliputi langkah-langkah stategis dalam pelaksanaan
kegiatan secara praktis. Standarnya bersifat jangka pendek dan indicator keberhasilannya
dapat diukur dengan matrik atau tabulasi. Semua data harus bersifat rinci dan
rigit dengan melibatkan semua komponen terutama human recouses.
Perencanaan juga dipengaruhi oleh
beberapa factor terutama sebagai wujud dari perubahan baik secara internal maupun eksternal.
Secara internal biasanya dipengaruhi oleh learning dan pengalaman masing-masing
orang. Tingkat pengetahuan atau kemampuan akademik seseorang menjadi standart
ukur tersendir dalam yang dapat mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan. Keberadaan
top leader, pimpinan sebuah lembaga akan menjadi inspirator sekaligus motivator
dalam melahirkan sebuah kebijakan. Tidak hanya itu ternyata struktur dan fungsi
personalia dalam sebuah system kerja juga menjadi hal yang perlu
dipertimbangkan. Sementara yang tak kalah penting adalah kesiapan resources dalam
rangka percepatan pencapaian target atau focus dari sebuah badan atau jawatan. disadur dari kuliah
soetjipto,19092012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar