Kamis, 20 September 2012

PERENCANAAN UNTUK MENENTUKAN KEPUTUSAN


Kata perrencanaan sesungguhnya bukanlah perkara asing dan sangat familiar dalam kehidupan kita, namun pernyataan itu mudah diucap namun agak sulit untuk diterapkan apalagi bagi masyarakat awam. Secara harfiah perencanaan merupakan seperangkat alat untuk pengambilan keputusan pada program atau kegiatan untuk menghasikan sebuah formulasi untuk memudahkan pelaksanaan kebijakan yang dirancang secara khusus untuk mencapai visi organisasi.
Penentuan perencanaan sering dipengaruhi oleh kebiasaan masa lalu yang dirancang pada masa sekarang untuk dipergunakan pada masa yang akan datang agar pemanfaatan potensi dan sumberdaya dapat dilakukan secara efektif dan efesien. Disadari atau tidak, bahwa setiap obsesi dan ambisi perlu diperkuat dengan perencanaan yang matang, paling tidak, setiap langkah dan estafet yang diambil perlu didukung oleh ketersediaan sumberdaya yang cukup. Tidak hanya itu data dan fakta masa lalu perlu dijadikan pertimbangan strategis dalam menetapkan setiap perencanaan. Pengambilan keputusan yang disertai dengan perencanaan yang matang dinyakini akan menghasilkan output yang optimal, hal ini sepadan dengan upaya dalam menentukan langkah-langkah operasional dalam mengawal kebijakan yang sudah ditentukan/ditetapkan/diputuskan.
Dalam hal pengambilan keputusan sebuah perencanaan stategik atau operasional, sering dipengaruhi oleh empat alasan. Pertama, setiap perencanaan diawali dengan survey berupa trens atau kecendrungan sebuah komunitas, rutinitas masa lalu perlu dijadikan pertimbangan, karena masa lalu adalah sejarah yang disertai dengan data dan fakta yang akurat. Setiap data yang digunakan dapat menggambarkan tingkat genaralitas dan berlaku universal. Data statistic atau data peristiwa dapat dijadikan asumsi dasar dalam menyusun sebuah perencanaan. Namun, bagi sebagian orang data dan fakta masa lalu sering terabaikan sehingga hasil penyusuanan perencanaan berakibat miring dan pincang. Pengalaman masa lalu merupakan kebiasaan-kebiasaan yang sering terjadi dimasa lalu dan dijadikan patokan awal dalam menyusun langkah-langkah strategis pada sebuah perencanaan. Sebagai contoh sederhana, kondisi macet di kota Jakarta, sering terjadi pada jam-jam berangkat ke kantor sekira pukul 07.00-08.30, hal yang sama juga sering terjadi pada jam pulang kantor sekira pukul 16.00-18.00 dan pada pukul 21.00 sebagai passing out bagi pekerja swasta.
Kedua, prencanaan juga disusun atas kaedah jika… maka.., hal ini berlandaskan pada teori logika yang menggunkan premis mayor dan primir minor yang kemudian ditarik kongklusi sebagai kesimpulan. Jika…. sedang turun hujan… maka ada orang yang memakai panyung…, inilah yang disebut dengan logika, setiap perumpamaan harus lagis dan mempunyai korelasi dan saling mempengaruhi.
Ketiga, perancanaan yang disusun dengan berlandaskan ekspet jasment adalah persetujuan para ahli/pakar, setiap pernyataan para pakar lebih dapat diterima karena alasan keilmuan, meskipun tidak semuanya benar, paling tidak secara kompetensi mereka berhak atas keahlianya baik atas dasar profesi atau standar akademik. Kebenaran pernyataan para ekspert dapat menjadi dasar dalam menyusun kerangka perencanaan, umumnya hal ini cendrung terjadi dalam memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti prediksi hasil pilkada oleh lembaga survey yang margin errornya hanya 1-5%. Kebenaran ini sudah pernah terjadi pada masa lalu dan tingkat kebenarannya dapat dan layak dipercaya. Hal ini sama halnya dengan pendapat atau nasehat dari alim ulama tentang penetapan hukum islam yang belum diatur secara sya’I dalam kitab-kita terdahulu. Misalnya daerah A akan terjadi banjir, maka pernyataan ini akan menjadi pegangan bagi sebagian besar masyarakat, sehingga perencanaan yang akan diambil dalam kasus ini perlu dipertimbangkan penyataan para ekspert.
Keeempat adalah perencanaan juga disusun atas rekomendasi para dukun. Para penyusun perencanaan juga boleh meminta pendapat para ahli nujum atau paranormal untuk menentukan sebuah kebijakan perencanaan. Saat ini meminta petuan atau petunjuk dukun masih terjadi terutama untuk keberuntungan dalam perdangan, karier bahkan penentuan calon gunbernur sekalipun, mungkin juga pemilihan presiden. Jadi,  menggunakan jasa dukun dalam menyusun perencanaan secara akademik belum dapat diakomodir, meskipun banyak pihak yang bersandar pada apa yang disampaikan oleh para dukun. Memanfaatkan jasa dukun juga terjadi dalam suksesi pimpinan pemerintah, hasil olah raga, dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa jasa dukun belum dapat dijadikan alas an dalam menyusun perencanaan, terutama perencanmaan stategis.
Secara umum perencanaan terbagi dalam dua model, pertama, perencanaan strategis adalah perencanaan yang secara umum untuk menjawab pertanyaan kenapa, atau perencanaan untuk mencapai visi dari sebuah lembaga atau institusi. Perencanaan stategis hanya mencantumkan hal-hal yang filosofis, universal biasanya terkait dengan etik, value/nilai yang bersifat jangka panjang. Sedangkan perencanaan operasional lebih ditekankan pada perencanaan bagian-bagian atau tahapan-tahapan dari perencanaan stategis yang disebut dengan perencanaan kegiatan meliputi langkah-langkah stategis dalam pelaksanaan kegiatan secara praktis. Standarnya bersifat jangka pendek dan indicator keberhasilannya dapat diukur dengan matrik atau tabulasi. Semua data harus bersifat rinci dan rigit dengan melibatkan semua komponen terutama human recouses.
Perencanaan juga dipengaruhi oleh beberapa factor terutama sebagai wujud dari  perubahan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal biasanya dipengaruhi oleh learning dan pengalaman masing-masing orang. Tingkat pengetahuan atau kemampuan akademik seseorang menjadi standart ukur tersendir dalam yang dapat mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan. Keberadaan top leader, pimpinan sebuah lembaga akan menjadi inspirator sekaligus motivator dalam melahirkan sebuah kebijakan. Tidak hanya itu ternyata struktur dan fungsi personalia dalam sebuah system kerja juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Sementara yang tak kalah penting adalah kesiapan resources dalam rangka percepatan pencapaian target atau focus dari sebuah badan atau jawatan. disadur dari kuliah soetjipto,19092012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar