Kamis, 15 November 2012

KESIAPAN SARJANA MENUJU DUNIA KERJA


(Refleksi Wisuda dan Milad VIII STAIN Babel)

Antrian para pelamar keja
Ada dua kebahagiaan bagi mahasiswa, pertama ketika diterima di Perguruan Tinggi dan kedua ketika mengikuti prosesi wisuda. Saat-saat yang paling membahagiakan ketika  pemindahan kuncir toga oleh pimpinan perguruan tinggi yang disertai dengan penyerahan tabung yang berisi ijazah dan ikrar almamater. Kebanggaan itu akan menjadi hambar ketika berhadapan dengan peluang kerja, apalagi alumni yang dilahirkan tidak dibekali dengan skill dan keahlian yang memadai dibidangnya.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Syaikh Abdurrahman Siddik (SAS) Bangka Belitung, Kamis (8/11) kembali mewisuda 246 sarjana. Prosesi dan upacara wisuda merupakan kegiatan sceremoni yang penuh makna. Para wisudawan/wisudawati mengenakan jubah dan toga sebagai symbol keberhasilan dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tidak hanya itu untuk merayakan kebahagian tersebut, orang tua dan sanak keluarga juga ikut hadir dan memberi ucapapan selamat.
Menjadi alumni dan menyandang gelar sarjana, bukanlah sebatas kebahagian, justru dibalik itu ada beban tugas dan tanggungjawab yang besar baik secara akademik maupun uji kompetensi di masyarakat. Semua kita berharap, para sarjana yang diwisuda hendaknya dapat berkesempatan mengaplikasikan ilmunya di tempat kerja dengan baik. Meskipun semua orang paham bahwa Perguruan Tinggi hanya memberikan bekal ilmu pengetahuan secara teoritik, sedangkan  pelaksanaan dan pengembangannya, akan ditemui ketika alumni berada di tengah-tengah masyarakat.

Filosofi Sarjana
Kehadiran sarjana seyogiyanya harus mampu menjawab berbagai persoalan di masyarakat, karena pada diri sarjana melekat steriotipe sebagai insan intelektual yang siap bekerja. Seorang sarjana, tidak sekadar menjawab bagaimana...., justru harus mampu menjawab pertanyaan kenapa dan mengapa..., apabila mampu menjawab ketiga pertayaan tersebut maka maka ia akan menjadi pekerja professional dan pemimpin sejati.
Lalu, bagaimana caranya membekali mahasiswa agar mereka dapat menjawab pertanyaan bagaimana, kenapa dan mengapa seperti disebutkan di atas. Untuk mewujudkan keinginan itu, bukalah hal yang gampang, justru itu perlu keseriusan tenaga pengajar dan ketekunan para mahasiswa. Tenaga pengajar yang profesional, jurusan yang strategis, persaingan mahasiswa yang kompetitif dan seterusnya, itu hanyalah bagian terkecil dari tradisi akademik di kampus.
Kemengahan gedung belum dapat dijadikan sebagai simbol “menara keunggulan intelektual” justru itu menjadi pertaruhan untuk menjawab berbagai tantangan baik di kampus maupun di masyarakat. Letak kampus yang strategis, anggaran yang cukup, mahasiswa yang membludak, ternyata belum cukup untuk menyebutkan bahwa kampus itu elit dan alumninya bonafit.
Ketersediaan tenaga pengajar yang profesional dan materi ajar yang aktual menjadi penting untuk menjawab kebutuhan pasar dan itu menjadi bekal bagi alumni (sarjana) untuk dapat bersaing secara sehat disetiap adaya lowongan kerja. Lowongan untuk jadi PNS sesungguhnya bukanlah perkara mudah, di sana membutuhkan daya juang dan keilmuan yang multisiplin untuk menjawab berbagai soal ketika ujian seleksi. Keinginan untuk mendapatkan pekerjaan adalah dambaan dan cita-cita para sarjana, kesempatan untuk menjadi pegawai atau karyawan di instansi pemerintah atau perusahaan swasta masih sangat menjanjikan.

Tantangan dunia kerja
Pesyaratan untuk memasuki dunia kerja semakin hari semakin kompetitif, dalam artian semua ijazah sarjana boleh mendaftar meskipun kadang-kadang kelihatannya tidak relevan dengan spesifikasi perkerjaan yang ditawarkan. Misalnya perusahaan pers, perbankan, asuransi, perhotelan, juga jadi guru sekalipun. Bagi dunia kerja yang dibutuhkan adalah tenaga yang siap bekerja dengan kemampuan subtantif berupa kemampuan psikomotorik bukan berarti keahlian kongnitif tidak dibutuhkan, namun itu hanyalah kemampuan dasar sebagai persyaratan untuk masuk dunia kerja.
Untuk menjawab tantangan kerja, hendaknya pihak kampus secara kolektif dan kolegial, perlu berpikir kearah distribusi alumni, agar kampus dapat eksis dan tersosialisasi secara rutin oleh alumni, dimanapun mereka berada. Pertama Raih dukungan dari pemerintah Daerah, dari tujuh Kabupaten/Kota di Bangka Belitung, sedianya setiap daerah dapat mengirimkan utusannya secara khusus untuk belajar di STAIN Babel dengan beasiswa dari pemda setempat. Kemudian Pemerintah Kabupaten/Kota termasuk pemprov juga harus mempunyai komitmen untuk menerima alumni STAIN untuk menjadi PNS atau tenaga ekspert di lingkungan pemerintah masing-masing.
Kedua, perkuat relasi dengan pihak perusahaan dan dunia bisnis, selama ini alumni STAIN belum cukup dilirik oleh dunia usaha, mungkin kita kurang sosialisasi padahal perbankan, perhotelan dan pariwisata, sudah tumbuh dan berkembang dengan baik di Bangka Belitung.
Ketiga, bagun komitmen dengan masyarakat, perbaiki citra agar kepercayaan masyarakat terajut kembali, hal ini penting untuk mendongkrak peminat untuk masuk dan kuliah di STAIN. Pihak kampus juga perlu memberi kenyamanan dan konstribusi kepada masyarakat di sekitar kampus, agar masyarakat sekitar merasa memiliki terhadap kampus.
Keempat, menjaga tradisi akademik, setiap dosen perlu terus meningkatkan profesionalisme dalam proses belajar-mengajar, penelitian dan pegabdian, hal ini penting untuk menunjukkan jatidirinya sebagai insan intelektual dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan tradisi akademik baik di kampus maupun di masyarakat.
Kelima, bebaskan kampus dari intrik politik, meskipun terasa agak bombastis, namun hal ini perlu dijadikan pertimbangan agar civitas akademika terasa lebih steril dan stabil dalam menjalankan rutinitasnya. Independensi kampus perlu ditunjukkan, agar wibawa dan demokrasi intelektual terbagun dengan mengedepankan tradisi ilmiah.
Tidak dipungkiri bahwa kehadiran STAIN SAS Babel sudah memberikan warna  baru dalam rangka pengembangan intelektual, semangat kreativitas, penguatan kompetensi dapat menjadikan alumni STAIN sebagai sumber daya potensial di Provinsi Serumpun Sebalai. Semoga di milad VIII (18 Oktober 2004-18 Oktober 2012), STAIN tetap berkomitmen menjadikan kampus sebagai pusat keunggululan inteletual dan moral berwawasan global. Dan dengan terus memperkuat keahlian sosial dan keahlian akademik, STAIN dapat merebut hati para pemimpin dan masyarakat guna melahirkan program studi baru terutama ilmu-ilmu eksata, ilmu-ilmu umum. Dengan pendidikan integratif dan holistic, semoga pada semester depan sudah dapat menerima calon mahasiswa pada program pascasarjana. Waallahu’aklam bis sawaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar