(Refleksi Wisuda dan Milad VIII STAIN
Babel)
Antrian para pelamar keja |
Ada dua kebahagiaan bagi mahasiswa, pertama ketika diterima di Perguruan Tinggi dan
kedua ketika mengikuti prosesi wisuda. Saat-saat yang paling membahagiakan ketika pemindahan kuncir toga oleh pimpinan
perguruan tinggi yang disertai dengan penyerahan tabung yang berisi ijazah dan
ikrar almamater. Kebanggaan itu akan menjadi hambar ketika berhadapan dengan
peluang kerja, apalagi alumni yang dilahirkan tidak dibekali dengan skill dan
keahlian yang memadai dibidangnya.
Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Syaikh Abdurrahman Siddik (SAS) Bangka Belitung,
Kamis (8/11) kembali mewisuda 246 sarjana. Prosesi dan upacara wisuda merupakan
kegiatan sceremoni yang penuh makna. Para wisudawan/wisudawati mengenakan jubah
dan toga sebagai symbol keberhasilan dalam menempuh pendidikan di perguruan
tinggi. Tidak hanya itu untuk merayakan kebahagian tersebut, orang tua dan
sanak keluarga juga ikut hadir dan memberi ucapapan selamat.
Menjadi alumni
dan menyandang gelar sarjana, bukanlah sebatas kebahagian, justru dibalik itu
ada beban tugas dan tanggungjawab yang besar baik secara akademik maupun uji
kompetensi di masyarakat. Semua kita berharap, para sarjana yang diwisuda hendaknya dapat berkesempatan
mengaplikasikan ilmunya di tempat kerja dengan baik. Meskipun semua orang paham bahwa Perguruan Tinggi hanya memberikan bekal ilmu
pengetahuan secara teoritik, sedangkan pelaksanaan dan pengembangannya, akan ditemui ketika alumni berada di
tengah-tengah masyarakat.
Filosofi
Sarjana
Kehadiran sarjana seyogiyanya harus mampu menjawab
berbagai persoalan di masyarakat, karena pada diri sarjana melekat steriotipe
sebagai insan intelektual yang siap bekerja. Seorang sarjana, tidak sekadar
menjawab bagaimana...., justru harus
mampu menjawab pertanyaan kenapa dan
mengapa..., apabila mampu menjawab ketiga pertayaan tersebut maka maka ia akan
menjadi pekerja professional dan pemimpin sejati.
Lalu, bagaimana caranya membekali mahasiswa agar mereka dapat menjawab pertanyaan bagaimana, kenapa dan mengapa seperti disebutkan
di atas. Untuk mewujudkan keinginan itu, bukalah hal yang gampang, justru itu perlu keseriusan tenaga pengajar dan
ketekunan para mahasiswa. Tenaga pengajar yang profesional, jurusan yang strategis,
persaingan mahasiswa yang kompetitif dan seterusnya, itu hanyalah bagian
terkecil dari tradisi akademik di kampus.
Kemengahan gedung belum dapat dijadikan sebagai simbol
“menara keunggulan intelektual” justru itu menjadi pertaruhan untuk menjawab berbagai tantangan baik di kampus maupun di masyarakat. Letak kampus yang strategis, anggaran
yang cukup, mahasiswa yang membludak, ternyata belum
cukup untuk menyebutkan bahwa kampus itu elit dan alumninya bonafit.
Ketersediaan tenaga pengajar yang profesional dan materi
ajar yang aktual menjadi penting untuk menjawab kebutuhan pasar dan itu menjadi
bekal bagi alumni (sarjana) untuk dapat bersaing secara
sehat disetiap adaya lowongan kerja. Lowongan untuk jadi PNS sesungguhnya
bukanlah perkara mudah, di sana membutuhkan daya juang dan keilmuan yang
multisiplin untuk menjawab berbagai soal ketika ujian seleksi. Keinginan untuk
mendapatkan pekerjaan adalah dambaan dan cita-cita para sarjana, kesempatan
untuk menjadi pegawai atau karyawan
di instansi pemerintah atau perusahaan swasta masih sangat menjanjikan.
Tantangan dunia kerja
Pesyaratan untuk memasuki dunia kerja semakin hari semakin kompetitif,
dalam artian semua ijazah sarjana boleh mendaftar meskipun kadang-kadang
kelihatannya tidak relevan dengan spesifikasi perkerjaan yang ditawarkan. Misalnya
perusahaan pers, perbankan, asuransi,
perhotelan, juga jadi guru sekalipun. Bagi
dunia kerja yang dibutuhkan adalah tenaga yang siap bekerja dengan kemampuan
subtantif berupa kemampuan psikomotorik bukan berarti keahlian kongnitif tidak
dibutuhkan, namun itu hanyalah kemampuan dasar sebagai persyaratan untuk masuk dunia kerja.
Untuk menjawab tantangan kerja, hendaknya pihak kampus secara kolektif dan
kolegial, perlu berpikir kearah distribusi alumni, agar kampus dapat eksis dan tersosialisasi secara rutin oleh alumni, dimanapun mereka berada. Pertama Raih
dukungan dari pemerintah Daerah, dari tujuh Kabupaten/Kota di Bangka Belitung,
sedianya setiap daerah dapat mengirimkan utusannya secara khusus untuk belajar
di STAIN Babel dengan beasiswa dari pemda setempat. Kemudian Pemerintah Kabupaten/Kota termasuk pemprov juga harus mempunyai
komitmen untuk menerima alumni STAIN untuk menjadi PNS atau tenaga ekspert di
lingkungan pemerintah masing-masing.
Kedua, perkuat relasi dengan
pihak perusahaan dan dunia bisnis, selama ini alumni STAIN belum cukup dilirik
oleh dunia usaha, mungkin kita kurang sosialisasi padahal perbankan, perhotelan
dan pariwisata, sudah tumbuh dan berkembang dengan baik di Bangka Belitung.
Ketiga, bagun komitmen dengan
masyarakat, perbaiki citra agar kepercayaan masyarakat terajut kembali, hal ini
penting untuk mendongkrak peminat untuk masuk dan kuliah di STAIN. Pihak kampus
juga perlu memberi kenyamanan dan konstribusi kepada masyarakat di sekitar
kampus, agar masyarakat sekitar merasa memiliki terhadap kampus.
Keempat, menjaga tradisi
akademik, setiap dosen perlu terus meningkatkan profesionalisme dalam proses
belajar-mengajar, penelitian dan pegabdian, hal ini penting untuk menunjukkan
jatidirinya sebagai insan intelektual dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan
tradisi akademik baik di kampus maupun di masyarakat.
Kelima, bebaskan kampus dari
intrik politik, meskipun terasa agak bombastis, namun hal ini perlu dijadikan
pertimbangan agar civitas akademika terasa lebih steril dan stabil dalam
menjalankan rutinitasnya. Independensi kampus perlu ditunjukkan, agar wibawa
dan demokrasi intelektual terbagun dengan mengedepankan tradisi ilmiah.
Tidak dipungkiri bahwa kehadiran STAIN SAS Babel sudah memberikan
warna baru dalam rangka pengembangan intelektual, semangat kreativitas, penguatan
kompetensi dapat menjadikan alumni STAIN sebagai sumber daya potensial di Provinsi
Serumpun Sebalai. Semoga di milad VIII (18 Oktober 2004-18 Oktober
2012), STAIN tetap berkomitmen menjadikan kampus sebagai pusat keunggululan inteletual dan
moral berwawasan global.
Dan dengan terus memperkuat keahlian sosial dan keahlian akademik, STAIN dapat merebut hati para pemimpin dan masyarakat guna
melahirkan program studi baru terutama ilmu-ilmu eksata, ilmu-ilmu umum. Dengan pendidikan integratif dan holistic,
semoga pada semester depan sudah dapat menerima calon mahasiswa pada program pascasarjana. Waallahu’aklam
bis sawaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar