Jumat, 09 November 2012

STORY SANDROENG SEWINDU



Kecanggihan alat komunikasi membuat jalinan silaturrahmi dapat terbagun dengan baik dan santun. Dengan berbekal laptop atau telepon seluler, jalinan komunikasi sudah dapat dilakukan dengan sempurna. Dan itu, menguatkan pernyataan bahwa dunia semakin sempit... sesuatu yang dulunya mustahil sekarang menjadi kenyataan, yang dulunya tabu sekarang menjadi lumrah, yang dulunya angker sekarang menjadi caprah dan seterusnya. Hal inilah yang dirasakan oleh seorang petarung…  yang sebelumnya terabaikan...
Letak geografis tidak lagi menjadi halangan, berbeda pulau bukan lagi rintangan, jarak tempuh bukan lagi tantangan, beda suku dan etnis bukan lagi ancaman. Hanya dengan memainkan jemari pada toch HP informasi sudah dapat dikirim dan diterima pada waktu yang bersamaan. Dengan memainkan key bord di laptop dapat melahirkan kata, rangkaian kata menjadi kalimat. Susunan kalimat menjadi padagraf yang mengandung arti dan makna. Sebuah padagraf dapat mengilhami sebuah topic yang dapat diperbincang, didiskusikan, ditelaah, dianalisa sehingga menjadi sebuah kesepakatan. Kesepakatan akan menjadi salah satu pertimbangan untuk membuat rencana baru, hingga melahirkan sebuah keputusan. Keputusan akan melahirkan sebuah ketetapan dan ketetapan adalah martabat, pilihan adalah kehormatan, konsekwensi adalah resiko sebagai kebesaran jiwa.
Alasan rindu dan nostalgia membuat anak manusia menjadi lebih siap, lebih berani dan lebih teguh dalam mempertahankan komitmen batin. Loyalitas menjadi penting, untuk  mempertahankan mahkota…, memelihara jauh lebih sulit dibanding membangun sebuah peradaban. Atas dasar komitmen dan loyalitas, komunikasi dapat dilakukan pada pagi hari, dapat diulangi lagi pada siang hari, bila tidak tuntas, masih bisa dilanjutkan pada sore hari, kalau memang ada hal yang mendesak masih dapat dilakukan pada malam hari, semua itu dapat dilakukan dengan privasi yang terjaga.
Komunikasi verbal menjadi pilihan, agar semua pesan dapat tersampaikan dengan baik, utuh, meskipun kurang teratur dan tidak sistematis. Paling tidak…, komunikasi dialogis dapat melahirkan makna dan arti yang sesungguhnya, meski membutuhkan waktu yang relative lama. Persoalan waktu, tempat, ruang dan iklim, tidak lagi menjadi persoalan. Ketika kesepakatan dan ketetapan sudah diputuskan. Maka suasana hati masing-masing akan terasa damai dan nyaman berada bersamanya.
Persoalan waktu dan ruang bukanlah halangan dalam membangun komunikasi antar anak manusia, hujan dan badai bukanlah rintangan, petir dan halilintar bukanlah halangan, kesunyian malam bukanlah hambatan, kesendirian bukanlah ancaman. Justru semua, berbuah energy positif untuk mengejar mimpi yang terabaikan. Semua beban akan hilang…, cemberut berganti senyum, rasa sedih berganti keceriaan, kesunyian berganti canda tawa, kesepian menjadi kerinduan, nostalgia menjadi mimpi, penasaran menjadi keteguhan, kelemahan menjadi kelebihan, kekurangan menjadi kekuatan, kealpaan menjadi memori, tertutup menjadi tebuka, kepenatan menjadi keasyikan, strata menjadi kesetaraan, kesombongan menjadi qana’ah dan sterusnya.
Secara adat dan kebiasaan, komunikasi verbal yang esensial hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 30 menit, namun komunikasi yang membutuhkan investigasi, sering mambutuhkan waktu yang relative lama. Waktu satu jam itu terlalu singkat, dua jam terasa belum cukup, tiga jam mungkin waktu yang tergolong tuntas untuk membahas sesuatu yang mengganjal di hati. Komunikasi dengan waktu yang relative lama sering dimanfaatkan pada malam hari, ketika kesunyian mulai hadir, kesepian mulai menggoda, keheningan mulai terasa. Hal ini yang sering dilakukan oleh insan yang sedang rindu akan ketenangan, masygul atas kelalaian, bimbang atas kepastian, ragu atas pilihan, bingung atas petunjuk. Ketika hal itu berkecamuk…, maka kekuatan akan muncul untuk memperjuangkan hak dan kewenanganya.
Pertemanan masa lalu akan melahirkan rasa rindu yang menggelora, meskipun hanya disulut oleh nostalgia dan sweet memori. Bara yang tadinya pasif akan terselut kembali, ketika disirami oleh benih-benih kerinduan dan kehangatan, ternyata bara terus berasap sehingga berkobar kembali pada pertemanan berikutnya. Komunikasi hanya sebatas say hello, hanya sekedar menyapa, menanyakan khabar dan keadaan, tetapi entah kekuatan apa yang membuat orang sedang pilek, demam, kurang enak badan menjadi berenergi, sehingga lupa akan status dan resiko.
Sungguh dahsyat…, melakukan komunikasi verbal dalam rentang waktu yang lama, hampir tiap malam…, komunikasi non verbal hampir setiap hari, disetiap waktu senggang, malah seharian penuh memencet toch Hp untuk mengirim dan membalas pesan, semua itu dapat dilakukan atas dasar kenyaman dan ketenangan. Kemanjaan hadir kembali, setelah sekian lama pergi…., kecerian menyapa  kembali setelah sekian lama bersembunyi…, senyum manis melahirkan bohming meutape…, lesung pipi kembali membetuk….., senyum simetris kembali ada diwajah bulat…., energik dan lincah kembali terlihat, setelah sekian lama terpendam…, itu semua adalah miliknya dan tidak boleh ada seorangpun yang merampasnya.
Kekuatan kembali pulih…, kecerian kembali hadir…, kenyamanan kembali diraih…, energy yang sudah diperoleh perlu dijaga…, kecerian perlu dikhabarkan kepada orang lain…, kesedihan adalah kekuatan…, kelemahan menjadi kesempatan untuk membuktikan…, buang rasa tukut ganti dengan sandroeng… (betawi,20102012,04:12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar