Minggu, 10 Maret 2013

KOMUNITAS ASRAMA

Tulisan ini hanya sekadar ilustrasi, tidak bermaksud untuk memihak apalagi menyudutkan seseorang atau satu pihak, apalagi memvonis yang berakibat pada fitnah yang berakhir pada provokasi. Komunitas asrama, menjadi kehidupan yang unik dan penuh ekspresi. Banyak hal yang dapat diambil sebagai pelajaran dalam keseharian, mulai dari tradisi kebersamaan, loyalitas, kerja sama tim, toleransi, saling menghirmati, saling menjaga nama baik dan senasib sepenangungan.
Kondisi ini juga terjadi pada komunitas asrama FOBA. Asrama yang dikenal dengan sebutan WISMA FOBA berada di seputaran Setia Budi pusat Kota Jakarta. Asrama yang dihuni oleh 60-an mahasiswa yang sedang melanjutkan studi kejenjang sarjana dan pascasarjana di berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya. Dengan dinamika yang berbingkai keceriaan dan kebersahajaan terpatri positif pada setiap canda dan tawa warga. Suasana penuh keakraban dan tatapan masa depan yang lebih menjanjikan menjadi teman setia dalam meniti langkah menuju kepastiaan dan kebahagiaan.
FOBA, nama indah, penuh sejarah, mudah diingat,dan dirindukan oleh banyak orang, dengan misi mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak boleh ada pihak yang menodainya. Kalaupun itu terjadi, maka perlu diselesaikan dengan bijak dalam bingkai kolektif kolegial. Kemaslahatan bersama menjadi titik focus dalam mengambil keputusan, nilai-nilai keakraban dan kekompakan menjadi fondasi dalam menggulirkan rasa kebersamaan. Seyogianya setiap masalah besar perlu dikecilkan, beban kecil mesti dapat dihilangkan. Silang pendapat dan gesekan menjadi bumbu yang melahirkan citra rasa sehingga memperkuat tradisi intelektual yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah.
Sebagai komunitas kaum terpelajar, rasa independensi akan menjadi warna yang dinamis sehingga melahirkan pelangi yang indah dipandang, namun perlu diingat pelangi itu hadir karena adanya percikan hujan. Pelangi, menjadi pertanda hujan akan segera berakhir, bak pepatah “Kesalahan akan menjadi pelajaran untuk masa depan, jangat takut berbuat salah selama salah itu tidak direncanakan. Kesalahan hanya terlihat pada akibat, bukan pada sebab, seharusnya jangan tanya mengapa dia mencuri, justru yang perlu ditanya kenapa dia mencuri. Orang bijak selalu berfikir positif dan akan bertanya kenapa…, orang yang berambisi selalu bertanya mengapa…, dan selalu mencari pembenaran, meskipun kesalahan diri sudah secara terang bederang, terbuka di depan umum.
Tugas besar dan berat bagi komunitas asrama adalah memulai sesuatu yang baru, karena terkangkangi oleh tradisisebagai pembenaran dalam bersikap yang sudah turun temurun, meskipun itu sudah tidak up date lagi. Upaya reformasi perlu terus dilakukan sebagai salah satu tridarma kalum intelektual, meskipun akan ada pertentangan dan pergolakan dari kaum yang mempertahankan status Quo. Sebagai tangggung jawab moral, semua pihak perlu berfikir strategis untuk menjaga kesinambungan dan kekompakan warga asrama, meskipun itu juga akan mendapat celaan dan nada miring dari pihak yang mengaku diri sebagai reformis. Tradisi dan kecendrungan warga asrama selalu berada pada tataran menjaga dan mempertahankan eksistensi diri dengan membentuk atau bergabung dengan komunitas tertentu.
FOBA sebagai asrama yang sudah melahirkan banyak orang-orang cerdas dan sukses di level regional, nasional dan bahkan internasional. Maka wajar saja dinamika sudah menjadi pelangi yang mewarnai komunitas FOBA.
Secara kasat mata dan kecendrungan paling tidak ada 3 komunitas yang mewacana dalm kehidupan komunitas. Pertama komunitas Mushalla yang selalu setia hadir pada setiap kegiatan keagamaan, paling tidak ketika azan berkumandang, komunitas ini selalu berfikir menunaikan kewajiban adalah hal yang utama sembari bermunajat kepada yang maha kuasa.
Kedua komunitas pante jaga yang selalu diisi oleh orang-orang yang sudah aman pada level pertama, misalnya sudah taman kuliah, berpenghasilan cukup, belum ada tanggungan, dan selalu berfikir atas obsesi dan kebanggan sembari berdiskusi kritis (pohcakra) dengan tamu yang ditemani teman-teman komunitasnya.
Ketiga komunitas kasur, komunitas ini menjadi unik karena setiap hari hanya dikamar saja, mungkin sedang istirahat atau baca buku, buka internetan cari bahan kuliah atau informasi peluang beasiswa, jarang berfikir apa yang terjadi diluar, masa bodoh dengan keadaan selingka.
Setiap komunitas mempunyai tradisi menjaga jati diri dengan loyalitas yang tinggi, terutama dalam menjaga nama baik wadah dan konstituennya. Hal ini menjadi kebanggaan yang sekaligus menjadi tradisi fenomenal dalam menghadapi berbagai tantangan. Hanya saja jangan terlalu bangga dengan ashabiyah yang dapat mengekang selera reformasi dan libido demokrasi. Wallahu’alam bissawaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar