Tulisan
ini hanya sekadar ilustrasi, tidak bermaksud untuk memihak apalagi menyudutkan
seseorang atau satu pihak, apalagi memvonis yang berakibat pada fitnah yang
berakhir pada provokasi. Komunitas asrama, menjadi kehidupan yang unik dan
penuh ekspresi. Banyak hal yang dapat diambil sebagai pelajaran dalam
keseharian, mulai dari tradisi kebersamaan, loyalitas, kerja sama tim,
toleransi, saling menghirmati, saling menjaga nama baik dan senasib
sepenangungan.
Kondisi
ini juga terjadi pada komunitas asrama FOBA. Asrama yang dikenal dengan sebutan
WISMA FOBA berada di seputaran Setia Budi pusat Kota Jakarta. Asrama yang
dihuni oleh 60-an mahasiswa yang sedang melanjutkan studi kejenjang sarjana dan
pascasarjana di berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya. Dengan
dinamika yang berbingkai keceriaan dan kebersahajaan terpatri positif pada
setiap canda dan tawa warga. Suasana penuh keakraban dan tatapan masa depan
yang lebih menjanjikan menjadi teman setia dalam meniti langkah menuju kepastiaan
dan kebahagiaan.
FOBA,
nama indah, penuh sejarah, mudah diingat,dan dirindukan oleh banyak orang, dengan
misi mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak boleh ada pihak yang menodainya. Kalaupun
itu terjadi, maka perlu diselesaikan dengan bijak dalam bingkai kolektif
kolegial. Kemaslahatan bersama menjadi titik focus dalam mengambil keputusan,
nilai-nilai keakraban dan kekompakan menjadi fondasi dalam menggulirkan rasa
kebersamaan. Seyogianya setiap masalah besar perlu dikecilkan, beban kecil mesti
dapat dihilangkan. Silang pendapat dan gesekan menjadi bumbu yang melahirkan
citra rasa sehingga memperkuat tradisi intelektual yang menjunjung tinggi
nilai-nilai ilmiah.
Sebagai
komunitas kaum terpelajar, rasa independensi akan menjadi warna yang dinamis
sehingga melahirkan pelangi yang indah dipandang, namun perlu diingat pelangi
itu hadir karena adanya percikan hujan. Pelangi, menjadi pertanda hujan akan
segera berakhir, bak pepatah “Kesalahan akan menjadi pelajaran untuk masa depan,
jangat takut berbuat salah selama salah itu tidak direncanakan. Kesalahan hanya
terlihat pada akibat, bukan pada sebab, seharusnya jangan tanya mengapa dia
mencuri, justru yang perlu ditanya kenapa dia mencuri. Orang bijak selalu
berfikir positif dan akan bertanya kenapa…, orang yang berambisi selalu
bertanya mengapa…, dan selalu mencari pembenaran, meskipun kesalahan diri sudah
secara terang bederang, terbuka di depan umum.
Tugas
besar dan berat bagi komunitas asrama adalah memulai sesuatu yang baru, karena
terkangkangi oleh tradisisebagai pembenaran dalam bersikap yang sudah turun
temurun, meskipun itu sudah tidak up date lagi. Upaya reformasi perlu terus
dilakukan sebagai salah satu tridarma kalum intelektual, meskipun akan ada
pertentangan dan pergolakan dari kaum yang mempertahankan status Quo. Sebagai
tangggung jawab moral, semua pihak perlu berfikir strategis untuk menjaga
kesinambungan dan kekompakan warga asrama, meskipun itu juga akan mendapat
celaan dan nada miring dari pihak yang mengaku diri sebagai reformis. Tradisi
dan kecendrungan warga asrama selalu berada pada tataran menjaga dan
mempertahankan eksistensi diri dengan membentuk atau bergabung dengan komunitas
tertentu.
FOBA
sebagai asrama yang sudah melahirkan banyak orang-orang cerdas dan sukses di
level regional, nasional dan bahkan internasional. Maka wajar saja dinamika
sudah menjadi pelangi yang mewarnai komunitas FOBA.
Secara
kasat mata dan kecendrungan paling tidak ada 3 komunitas yang mewacana dalm
kehidupan komunitas. Pertama
komunitas Mushalla yang selalu setia hadir pada setiap kegiatan keagamaan,
paling tidak ketika azan berkumandang, komunitas ini selalu berfikir menunaikan
kewajiban adalah hal yang utama sembari bermunajat kepada yang maha kuasa.
Kedua komunitas pante jaga yang selalu diisi oleh
orang-orang yang sudah aman pada level pertama, misalnya sudah taman kuliah,
berpenghasilan cukup, belum ada tanggungan, dan selalu berfikir atas obsesi dan
kebanggan sembari berdiskusi kritis (pohcakra) dengan tamu yang ditemani
teman-teman komunitasnya.
Ketiga
komunitas kasur, komunitas ini menjadi unik karena setiap hari hanya dikamar
saja, mungkin sedang istirahat atau baca buku, buka internetan cari bahan
kuliah atau informasi peluang beasiswa, jarang berfikir apa yang terjadi
diluar, masa bodoh dengan keadaan selingka.
Setiap
komunitas mempunyai tradisi menjaga jati diri dengan loyalitas yang tinggi,
terutama dalam menjaga nama baik wadah dan konstituennya. Hal ini menjadi
kebanggaan yang sekaligus menjadi tradisi fenomenal dalam menghadapi berbagai
tantangan. Hanya saja jangan terlalu bangga dengan ashabiyah yang dapat
mengekang selera reformasi dan libido demokrasi. Wallahu’alam bissawaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar