Dalam Rangka menyambut Momentum Hari Pendidikan
Daerah Aceh (HARDIKDA) ke-54 yang jatuh pada Senin, 2 September 2013. Pengurus Ikatan Mahasiswa Pascasarjana (IMPAS) Aceh-Jakarta.
Khusus untuk Aceh, “tragedi” hasil UN tahun 2013 yang berada diurutan
degradasi, maka ada beberapa hal yang menjadi konsen bagi pemerintah Aceh dan
pihak terkait seperti, kualitas guru layak mengajar dengan member pelatihan dan
pendidikan tambahan.
Ketersediaan sarana prasarana sekolah berupa
laboratorium, ruang belajar, mushalla, perpustakaan, pelataran parkir, lapangan
olah raga dan lain-lain. Pemerintah Aceh perlu mendata secara objektif dan
menyediakan anggaran untuk membagun sekolah.
“Jangan menuggu rubuh dan memakan korban.” Sebut
Yusra Jamali ketua umum IMPAS Aceh-Jakarta (1/9) di Jakarta
Yusra mengemukakan, Ketersedian buka ajar dan alat
peraga yang memadai , ini menjadi skala perioritas, jangan sampai ada sekolah
yang tida ada gambar peta, foto para pahlawan, foto presiden dan gubernur, ini
penting untuk membentuk karakter anak didik.
Pendidikan harus merata, jangan hanya terkonsentrasi
di perkotaan saja, boleh saja ada stigma sekolah favorit, sementara ada sekolah
yang lain justru kekurangan peminat. Hal ini, perlu dibuat regulasi oleh dinas terkait agar hak warga untuk
mendapatkan pendidikan yang murah, mudah dan bermutu. Kata Yusra.
Tidak perlu ada sekolah yang memaksa muridnya untuk
sekolah sore hari, dengan alasan tidak cukup ruang. Tandas Yusra yang juga
kandidat Doktor Manajemn Pendidikan pada Universitas Negeri Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar