Senin, 16 Desember 2013

VARIAN FOBA MEMIMPIN NEGERI

Tulisan ini hanya sekadar ilustrasi, tidak bermaksud untuk memihak apalagi menyudutkan seseorang, apalagi memvonis yang berakibat pada fitnah dan berakhir pada provokasi. Komunitas asrama foba memang unik dan penuh ekspresi. Banyak hal yang dapat diambil pelajaran terutama dalam keseharian, mulai dari tradisi kebersamaan, loyalitas, kerja sama tim, toleransi, saling menghirmati, saling menjaga nama baik dan senasib sepenangungan.
Semua itu tidak terlepas dari keinginan Masyarakat Aceh untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang diawali dengan membangun asrama mahasiswa di ibukota Jakarta. Sikap dan semangat yang sangat visioner itu menjadi bukti nyata, bahwa Masyarakat Aceh sebagai masyarakat yang cinta ilmu, kedamaian, kesetaraan dan selalu berfikir positif, memberikan yang terbaik buat generasi yang akan datang “Ajarkan anakmu berenang, melempar lembing dan pacu kuda” sungguh ini menjadi semangat dan nilai filosofi yang mendalam bagi generasi untuk menggapai cita.
Walau ketika itu kondisi masyarakat Aceh sedang berkecamuk karena peristiwa perang cumbok, namun keinginan untuk merintis asrama mahasiswa di Jakarta tetap menjadi titik balik dalam rangka memngembalikan maerwah dan martabat Aceh di Ibukota. Tokoh Aceh di Jakarta dan di nusantara dengan itikad baik dan tulus dengan satu harapan agar generasi Aceh akan lebih kuat, mapan, berwawasan dan mempunyai cita-cita memimpin negeri. Usaha untuk mencari lahan atau tanah pertapakan asrama akhirnya diputuskan di sepeutaran senayan (gelora Bung Karno sekarang). Sesuai dokumen yang ada pada kami, Asrama mahasiswa Aceh yang diberi nama FOBA sudah lahir sejak tahun 1952-an. FOBA adalah singkatan dari “Found Oetoek Bantoean Atjeh” didirikan oleh tokoh Aceh di Jakarta atas prakarsa  Gubernur Aceh Tengku Daud Bereu’eh dan masyarakat Aceh di Jakarta.
Asrama mahasiswa FOBA telah melahirkan ribuan alumni, dalam catatan terdapat nama-nama besar seperti Prof. Dr. H. Ibrahim Hasan (Gubernur Aceh Periode 1986-1993) Prof. Dr. H. Syamsuddin Mahmud (Gubernur Aceh periode 1993- 21 Juni 2000), Dr. H. Mustafa Abubakar (Pj. Gubernur Aceh, 30 Desember 2005-8 Februari 2007 dan mantan Menteri BUMN), Sofyan Jalil (mantan Menteri BUMN), AR. Ramli dan banyak nama-nama lain yang sukses di birokrasi, advokat, wiraswasta, politisi dan praktisi keuangan.
Sekarang ini asrama FOBA beralamat di jalan Setia Budi Barat No. 1 Setia Budi-Jakarta Selatan, selalu dibanggakan oleh pengguhuninya. Saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, sangat jauh dari katagori layak untuk kaum belajar. Bangunan dua lantai dengan 16 kamar itu sudah mulai menua, dibangun pada tahun 1980an, sekarang banyak kayu yang sudah lapuk, atap sudah mulai bocor, pagar sudah mulai patah dan sebagian sudah mulai roboh. Konon, kamar mandi juga banyak yang rusak, WC sumbat, sevety tank yang sering meluap, kondisi ini sangat menggangu konsentrasi para pengguhuni dalam belajar atau diskusi.
Tidak dapat dipungkiri, Komunitas asrama FOBA yang dihuni oleh 60-an mahasiswa yang sedang melanjutkan studi kejenjang sarjana dan pascasarjana di berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya. Selalu lahir dinamika yang beragam dalam berbingkai keceriaan dan kebersahajaan terlihat dan terpateri dengan positif pada setiap canda dan tawa warga.
Sebagai kaum terpelajar, rasa independensi akan menjadi warna yang dinamis sehingga melahirkan pelangi yang indah, namun perlu diingat pelangi itu hadir karena adanya percikan hujan. Pelangi, menjadi pertanda hujan akan segera berakhir, bak pepatah “Kesalahan akan menjadi pelajaran untuk masa depan, jangan takut berbuat salah selama salah itu tidak direncanakan”. Kesalahan hanya terlihat pada akibat, bukan pada sebab…, Orang bijak akan selalu berfikir positif dan akan bertanya kenapa…, orang yang berambisi selalu bertanya mengapa…, dan selalu mencari pembenaran, meskipun kesalahan diri sudah terang bederang…!
Asrama Foba yang penuh sejarah itu, kini semakin menua, sudah sepatutnya dilakukan upaya rekonstruksi atau renovasi. kehadiran pemimpin baru dengan nahkoda yang stabil, focus dan strategis akan melahirkan semangat baru, cita-cita dan harapat baru untuk kemashlahatan. Maka upaya pembiaran, pembodohan dan ancaman bagi penghuni asrama akan segera leyap, berganti dengan keakraban, kekeluargaan dan saling menghormati dengan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keacehan dan tradisi akademik.
Secara umum, seorang pemimpin perlu ada enam keteladanan yaitu cerdik dan lincah, bersedia menulang kaji, mempunyai daya juang yang kuat dan tidak cepat puas, berambisi untuk menjadi yang terbaik, selalu berusaha memberikan yang terbaik dan siap sedia secara kompetitif. Selamat atas terpilihnya pengurus baru asrama Foba 2013-2014 semoga dapat mengemban amanah untuk kemashlahatan dan keberlanjutan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar